Saturday, February 21, 2009

4 LiLin dan Makna Kehidupan

Ada 4 lilin yang menyala,

Sedikit demi sedikit habis meleleh.
Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah
percakapan mereka

Yang pertama berkata: “Aku adalah keindahan.” “Namun
manusia tak mampu menjagaku: maka lebih baik aku
mematikan diriku saja!”
Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.
Yang kedua berkata: “Aku adalah Kasih Sayang.” “Sayang aku
tak berguna lagi.” “Manusia tak mau mengenalku,
untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.”
Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.

Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara:”Aku adalah
Cinta” “Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala.”
“Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku
berguna.”
“Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang
mencintainya, membenci keluarganya. “
Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin
ketiga.

Tanpa terduga…
Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan
melihat ketiga Lilin telah padam.
Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata: “Ekh
apa yang terjadi?? Kalian harus tetap menyala, Aku
takut akan kegelapan!”

Lalu ia mengangis tersedu-sedu.
Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata:
Jangan takut,
Janganlah menangis,
selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat
selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya:

Akulah "HARAPAN"
Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin
Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga Lilin
lainnya.

Apa yang tidak pernah mati hanyalah "HARAPAN".
yang ada dalam hati kita….dan masing-masing kita
semoga dapat menjadi alat, seperti sang anak
tersebut, yang dalam situasi apapun mampu
menghidupkan kembali Keindahan, Kasih Sayang
dan Cinta dengan "HARAPAN"-Nya…

Saturday, February 14, 2009

Here I Am

keep quiet at festivity
hush at confusion
i am brittle, brittle in emptiness
refract dumb i am sit
wait for crowded incoming
return my heart
so that i shine to break ocean
and back hold my day

Tuesday, February 3, 2009

LIFE not TRUTH

Dentang jam terbang terbawa angin
Senyap merayap di setiap sudut kehidupan
Bulir-bulir air mata akan tertuai
Senyum itu kini telah memudar
Tawa Lenyap tertelan bersama Liur usang
Canda mengambang dalam kepunahan
dan Marah siap menerima kerapuhan
Semua terganti dengan Tangis sengsara
Tangis akibat kemunafikan
Kemunafikan yang membelah hati nurani
Tangis akibat kenaifan
Kenaifan yang menduakan perasaan
Tangis akibat kemurtadan
murtad kehidupan
Kehidupan yang diharapkan abadi kini menghilang
Mati terkubur bersama api
Api yang mengganas memakan setiap nyawa
membawa penderitaan yang tak diharapkan untuk kekal