Beberapa hari belakangan ini saya sering berpikir tentang posisi kedua dalam suatu hal, entah apakah itu, baik dalam hubungan percintaan, hubungan pertemanan, hubungan pekerjaan, atau untuk sebuah perhatian. Hampir tidak ada orang yang dengan rela mau diletakan posisinya pada posisi nomor dua walau beberapa hal mau tidak mau memaksa seseorang menjadi nomor dua, atau dilahirkan menjadi nomor dua, tapi saya yakin tidak ada orang didunia ini mau kemampuan mereka dipandang sebelah mata walau kemampuan itu sendiri hanya seperti titik tinta diselembar kertas putih.
Posisi kedua dalam sebuah pekerja terkadang membuat beberapa orang menjadi pesimis atau bahkan tidak ingin terus bekerja untuk pekerjaannya tersebut. Mereka terkadang seperti tidak mendapat perhatian atau tidak akan menjadi acuan karena masih ada posisi pertama atau masih ada orang yang diposisikan sebagai posisi pertama. Akibat dari kata-kata kedua itu banyak orang yang lebih memilih untuk mencari yang pertama tanpa mau bertanya atau melirik terlebih dahulu pada si posisi kedua. Wanita, adalah sosok manusia yang ditakdirkan untuk lahir dalam posisi kedua. Hampir semua lowongan pekerjaan akan dipikirkan dua kali bahkan lebih untuk mengatakan "Ya" jika pelamarnya adalah seorang perempuan.
Saya pernah mendapatkan kasus ketika terjadi pemilihan ketua kelas dan ada dua kandidat calon ketua kelas saat itu yang satu pria dan satunya wanita dengan mudah sang pria memenangkannya, hal ini dikarenakan sang wanita mengatakan kata yang cukup menggelitik "Sebenarnya sih, Pria yang memang ditakdirkan sebagai pemimpin. Jadi saya serahkan posisi ini padanya". Mudah untuk merasa lemah itu yang saya dapatkan saat itu, bukankah setiap manusia memiliki kemampuan masing-masing dan terkadang berbeda satu sama lain, mungkin ada yang pandai mengangkat barang dan pasti ada orang yang pandai untuk mengkordinir para pengangkat barang tersebut.
Sengaja saya gunakan wanita sebagai analogi dalam masalah posisi kedua ini, karena memang sudah terbukti kaum wanita lah yang sering menjadi korban posisi kedua. Namun sebenarnya banyak orang, tidak hanya wanita untuk hal posisi kedua satu ini, para pria pun sering diposisikan sebagai pihak kedua dalam sebuah kompetisi atau pekerjaan. Terkadang posisi kedua ini mendapatkan pandangan yang cukup untuk menurunkan sebuah rasa percaya diri seseorang sehingga beberapa orang lebih memilih untuk berhenti melangkah dan merenungi dirinya karena merasa sudah tidak memiliki kemampuan karena tidak ada yang melihatnya atau bertanya kepadanya, akibatnya mereka terus merasa tidak mampu dalam segala hal padahal sebenarnya ada kemampuan yang terpendam yang tidak dilihat.
Sebenarnya posisi kedua tidak terlalu buruk untuk seseorang, karena tidak akan ada nilainya 1 jika tidak ada 2, dan tidak akan ada 3 jika tidak ada 2. Bahkan seorang wanita pun yang ditakdirkan mengisi posisi kedua dalam rumah tangga sangat memiliki peran yang penting, mulai dari memberi suasana tenang, memberi motivasi, mengatur rumah untuk kenyamanan dan memberi perhatian untuk sebuah kesulitan yang dialami dan dibawa posisi pertama. Jelas sudah bahwa posisi kedua bukan posisi untuk orang-orang tanpa kemampuan, dan karena wanita yang berada pada posisi kedua itulah kita ada dimuka bumi ini. Jadi untuk para pengisi posisi kedua jangan pernah merasa kecil hati atau bahkan merasa tidak memiliki kemampuan karena setiap orang memiliki kemampuannya masing-masing dan pasti dibutuhkan sekalipun dia orang yang terlihat lemah.