Monday, July 6, 2009

Ya! Aku Menunggu

"Selamat Siang bapak.. kita sudah sampai tujuan bapak"...
"mmh...ooh maaf saya sedang melamun tadi"
"Tidak apa bapak, terima kasih telah menggunakan pelayanan kami dan kami harap bapak puas akan pelayanan kami"
***
Aku bahkan tidak menyadari kalau pesawat ini telah sampai di landasan sejak tadi. Ku akui memang sejak awal aku hanya duduk melamun dan bersandar di samping kaca hanya untuk memikirkan apa yang akan terjadi nanti. Ku harap aku dapat mengatakannya dengan lantang saat aku sampai ke rumahnya atau tidak minimal bertemu dia sajalah. Berjalan di antara orang asing membuatku semakin gugup, harus ku akui ini pertama kalinya pemuda asli Kalimantan sepertiku menginjakkan kaki di Kota Metropolitan seperti ini. Kekaguman yang ku rasa akan kebersihan lorong dan Kaca di samping kanan kiri ku tetap tidak menghapus rasa gugup ku untuk bertemu dia. Dan ku harap alamat yang kudapat dari komentarnya untuk sahabatnya di dinding Facebook sahabatnya itu tidak membawa aku dalam ketersesatan.


"Hei!!"
"uupss, maaf nona saya tidak sengaja"

Sial alamat yang kupegang ini membuat mataku tidak bisa memandang ke arah lain selain ke secarik kertas yang ku genggam erat. Ternyata langkah kaki ku telah sampai di jalan luar Bandara.
***
"Bisa saya bantu Pak"
"oh ya.. boleh... bisakah bapak mengantarkan saya ke salah satu penginapan disini"
"Tentu, silahkan...ooh biar saya saja yang mengangkat koper bapak... waduh cukup berat juga ya"

Mata saya tidak lepas dari usaha pria separuh baya itu untuk memasukkan koper saya ke dalam bagasi mobilnya. Saya merasa nyaman saat memasuki mobil kijangnya dan saya harap kenyamanan ini tidak akan cepat menghilang. Perbincangan kecil mulai terjadi, mulai dari pertanyaan tentang asal usul saya, umur saya, dan segala hal yang belum termasuk dalam hal-hal pribadi.

"Kalau bisa yang murah saja ya, Pak"
"oohh.. bisa, kebetulan saya mengetahui penginapan yang murah. Kurang lebih 60 km lagi."

Kegugupan kembali memasuki pikiran saya dan saya harap 60 km ini akan segera tertempuh hanya 1 menit saja, tapi itu adalah suatu hal yang mustahil.

"Selamat Datang di Penginapan Sriwedari.."
"Bisakah saya menginap di sini untuk beberapa malam"
"Maaf Bapak saat ini kamar sedang penuh mungkin bapak bisa datang beberapa hari yang akan datang"

Jawaban yang tidak saya harapkan keluar dari mulut wanita secantik recepcionist itu. Huh!.. aku sudah merasa lelah. Dan lagi-lagi pria separuh baya membuka percakapan, tentu maksudnya baik. Tapi mungkin aku harus mempertimbangkannya dulu, bagaimanapun juga dia adalah orang asing bagiku.

"Bagaimana?"
"mmmhh..."
"Tidak apa, walau rumah saya tidak sebesar rumah-rumah di Pondok Indah tapi layak ditempati untuk beberapa hari kok, sampeyan bisa tinggal di rumah saya kalo sampeyan mau"

Karena hari yang sudah mulai menggelap maka kuputuskan untuk menerima ajakannya menginap di rumahnya untuk beberapa hari, minimal 3 hari sampai aku mendapatkan penginapan. Walau sebaik apapun orang itu tentu aku merasa tidak enak karena dia bukan siapa-siapa ku.
***
Rumahnya memang tidak semenarik rumah para pejabat, namun terkesan mewah ketika aku merasakan sambutan sang ibu rumah yang selalu menebarkan senyum, dan memang harus di akui senyum akan terasa mahal ketika hidupmu dikelilingi kesibukan yang membuat jenuh. Beberapa piring dan gelas serta 4 buah tahu dan nasi secukupnya tersusun rapi di atas meja.

"Ayo makan dulu"
"Tidak terima kasih saya masih kenyang untuk sekarang"
"Itu untuk sekarang, namun untuk nanti apakah masih sekenyang sekarang. Ayo tidak apa-apa. Maaf ibu tidak bisa memasak makanan yang lebih enak dari ini"
"akh tidak masalah bagi saya, kesederhanaan kadang lebih enak dari kemewahan" (saya berkata untuk menghilangkan rasa minder sang ibu saat tangan saya ikut tertarik menuju ke meja makan)

Malam yang sederhana di tutup dengan lantunan lagu jawa klasik yang mungkin adalah kesukaan kedua pasangan yang ditinggal merantau anaknya ini. Walau mataku terpejam tapi kegugupanku untuk hari yang belum bisa ku pastikan tidak dapat ikut terpejam, otak ku terus berputar-putar menjelajahi ketidak pastian, apakah akan begini, akan begitu, atau tidak sama sekali. Entah aku sendiri tidak mengetahui kapan otakku berhenti memikirkan ketidak-pastian itu, tapi tiba-tiba saja ada suara orang tua yang memanggilku dan sedikit menggoyang-goyangkan tubuhku.
***
"Tidur nyenyak semalam"
"Bapak, cukup nyenyak tapi sedikit terganggu dengan beberapa bintang malam"
"ha..ha..ha..ha... maklum rumah kecil jadi begitu lah keadaannya, tidak ada masalah dengan kasur kapuk ini"
"Tidak, sama sekali tidak, saya merasa nyaman, bahkan saya sempat berpikir sepertinya ini lebih baik daripada punya penginapan kemarin"
"ha...ha...ha...sampeyan bisa saja...kasur ini belum pernah diganti, paling di jemur saja biar tidak bau apek, dari Darmiwan kecil sampai besar dia menghabiskan waktu tidurnya disini"
"oh.. ini kamar anak bapak.. saya bisa pastikan anak bapak pasti teliti.. terlihat dari pernak-pernik yang tersusun rapi"
"Ya, Darmiwan tidak mau jika perabotannya kami usik, dia cukup mandiri...oh ya sampeyan tidak mau mandi, ibu baru saja merebuskan air, cuaca cukup dingin tidak seperti biasanya dan alangkah segarnya jika sampeyan mandi dengan air yang hangat"
"oohh terimah kasih pak...."

Saya merasa tidak jauh dari keluarga saya saat ini, kehangatan mereka mengalahkan hangatnya air rebusan ibu. Belum lagi ibu selalu manarikku untuk menghampiri meja makan, mereka tidak terusik dengan kedatangan ku, mereka tidak memperlakukan ku sebagai orang asing.

"Bagaimana?,, hari ini mau kemana?"
"Lebih baik bicara sehabis makan Pak.. biar Hamdani makan dulu..nanti keselek"

Ibu begitu bijaksana, bahkan aku merasakan aura ibu kandung saat beliau menyebutkan namaku. Matahari sepertinya tidak bersahabat seperti kemarin, hari ini begitu terik.
***
Awal perjalanan kami tentunya ke pusat tempat bapak menyewa mobil Kijang ini, dia harus menyetor pemasukan selama seminggu. Aku hanya duduk didalam mobil sementara bapak masuk untuk menyetor uang memang hanya 15 menit tapi sudah bertahun-tahun aku rasakan, bagaimana tidak sepertinya alamat yang kupegang ini memanggilku untuk bergegas. Kurasa wajar saja aku seperti ini karena mungkin ini bisa menjadi hari penentuan ku, apakah penantianku menbuahkan hasil.

"Pak kita mencari penginapannya nanti saja ya Pak, kita langsung saja ke sini" aku menyodorkan alamat yang membuat tanganku berkeringat itu
"Lah sampeyan ngapain cari penginapan, sduah tinggal aja di rumah bapak"
"aduh Pak saya tidak enak"
"gak apa..wes kita ke tempat itu tu yang ada di alamat situ.."

Ya...kuharap bapak bisa menginjak gas lebih dalam agar perjalanan lebih singkat. Aku tak mau hari ini sia-sia padahal kami masih mempunyai 7 jam sebelum jam 8 malam nanti. Aku sama sekali buta dengan jalanan kota yang besar ini. Entah sekarang ada dimana yang jelas saya melihat air mancur yang cukup besar di tengah jalan. Mobil Kijang yang saya tumpangi stop di depan sebuah rumah. Kupandang nomor rumahnya dengan jelas, dan mataku berpindah memandang ke kertas yang sudah mulai melembab karena terus digenggam dengan telapak tangan yang basah.

"2B...."
"iya ini 2B..."

Lalu apa yang harus ku lakukan, tetap duduk di jok dengan segala kegugupanku atau pergi kembali ke rumah Pak Satrio. Tidak aku terlihat bodoh saat ini, kaki ku seakan-akan terpaku di dalam mobil, aku pusing, pikiranku menerawang kemana-mana, aku berharap terlalu banyak, aku bingung, aku seperti anak kecil yang menunggu ayahnya pulang dari kerja di atas ayunan, bergoyang-goyang tanpa kepastian, seperti perahu kecil yang tidak memiliki kekuatan untuk menahan ombak.

"hei..."
"ah..iya Pak ..kenapa"
"apa yang sampeyan pikirkan, daritadi bapak panggil-panggil kok tidak menyahut"
"anu.................."

Rupanya bapak dari tadi memanggilku sementara otakku tidak merespon suara apapun. Aku hanya sedikit gugup, dan mungkin akan tidak gugup jika aku membuka pintu mobil.

"Pak saya coba ke sana sebentar ya...."
***
Kakiku melangkah di atas ubin-ubin merah didepan rumahnya dan akhirnya terhenti di depan kayu bergagang. Kuraba sebentar untuk menguatkan diri, kumudian kucoba mengerahkan seluruh indera penglihatanku untuk mencari sesuatu yang bisa ku tekan agar penghuni rumah menyadari keberadaanku disini.

"Ting...tong....ting...tong...ting...tong" sesekali ku mengetuk "tok...tok...tok"
"Siapa?....tunggu sebentar ya..."

Kudengar suara Merdu itu masih seperti dulu halus, dan berirama yang menunjukkan dia bukan wanita sembarangan. Gagang pintu kurasa sedikit berputar. Jantungku sepertinya semakin tidak bersahabat, kecepatannya bertambah dan hampir membuatku mati.

"Ya....."

Rambutnya yang terurai panjang dan terkibas angin membuat kulit putihnya semakin sempurna. Bibirnya yang semerah darah menarik perhatianku lebih. Kuperhatikan tubuhnya yang sintal dari atas kebawah membuat hati ku semakin kacau, kulitnya begitu putih seputih salju. Ya tidak ada yang berubah dari dirinya tahi lalat di lehernya masih seperti dulu hitam dan tidak merusak kecantikannya.

"helllooo.....apa yang kau lihat?"

Sial mungkin dia pikir aku berengsek, maniak, lelaki bejat...sial kenapa aku harus terlihat bodoh saat ini.

"kenapa kau melamun...kita lama tidak jumpa...hei"

Dia memukul pundakku kecil dan hal itu membangunkanku dari alam hayal yang membuatku terlihat bodoh.

"hai.... apa kabar?"
"kau aneh...."
"tidak..."
"kenapa tidak... kau aneh, kenapa kau gugup?"
"aku gugup... tidak mungkin itu perasaan mu"
"aku tahu siapa kau, aku melihat keringat di dahi mu dan dari dulu jika kau keringatan kau selalu gugup...."
"oh ya..."
"itu siapa?"

Dia menunjuk bapak yang kutinggalkan di dalam mobil. Aku malu, aku terlihat bodoh dengan kata-kata yang kuucapkan tadi.

"itu Pak Satrio... aku tinggal di rumahnya saat ini"
"oh ya... kapan kau datang...ayo masuk"
"oh... tidak...mh..maksudku bukan saat ini... kasihan bapak menunggu... setidaknya aku tahu rumahmu...bagaimana besok...kita jalan..."
"panggil saja Pak...Pak...."
"Satrio"
"ya maksud ku itu Pak Satrio...dia boleh masuk...karena kau mempunyai banyak PR...untuk menceritakan aku tentang banyak hal...."
"sepertinya tidak bisa...kasihan bapak sudah tua.... lagian ibu menunggu dirumah..."
"begitu...."
"ya....lalu?"
"lalu?..kenapa kau bertanya padaku?"
"maksudku.. bagaimana tawaranku tadi...besok"
"sebenarnya kau kenapa... kenapa kau icara seperti orang aneh...tidak biasanya...oke tawaranmu aku terima karena begitu banyak pertanyaan ku yang harus kau jawab"
"baiklah aku pulang dulu...."
"hati-hati ya....aku tunggu besok"

Awal yang tidak begitu mengesankan kurasa, semua karena kebodohanku. Kenapa aku harus keringatan, dan harus berbicara seperti orang yang baru belajar bicara. Aku naik ke mobil dan berharap sampai ke rumah untuk mandi dan tidur agar besok aku bisa memperbaiki kebodohanku. Aku senang walau terlihat bodoh tapi aku bisa melihat dia dan dia menerima ajakanku untuk pergi besok.


*bersambung*

24 comments:

  1. d tunggu m, kelanjutannya, jadi penasaran :P

    ReplyDelete
  2. ceritanya bagus dan membuat penasaran. Tapi terlalu panjang ya??

    ReplyDelete
  3. heeeem, sotoy dikit yaa,

    tanda baca waktu dialog nih diperbaikin lagi, tanda tanyanya banyak yang kurang ya?

    terus biar keliatan hidup dialognya, dikasih pemaparan gitu kali ya?

    well maaf ya kalo sotoy ehehe.

    ReplyDelete
  4. saya bukan penulis cerpen... jadi maaf kalo komennya seadanya dan gak masuk akal... hihihihihi...

    menurutku terlalu bertele tele... mungkin lebih baik kalo disebut novel aja gimana...????

    tapi over all... keren deh semangat dan keberaniannya.... :D

    ReplyDelete
  5. Pernah dialami atau mungkin sedang dialami ya sobb...?? hehhee...

    OK dech sobbb... kayaknya lanjutan cerita ini bakalan smakin menarik... I'll be awaiting then... good job... salam kenal yahh...

    ReplyDelete
  6. Wah kereeen juga nih.. ditunggu kelanjutannya yaaa...

    ReplyDelete
  7. Bagian yg kusuka, pas memaparkan perasaan menemukan rumah, bingung & gugup waktu pintu dibuka..

    kabarin lanjutannya ya...

    ReplyDelete
  8. rangkap nih, jadi cerpen blog juga, penasaran, ditunggu next nya....

    ReplyDelete
  9. Sebuah awal yang bagus .... cerita cukup mengalir renyah.
    ditungggu lanjutannya

    ReplyDelete
  10. sip deh, ditunggu sambungnya :D
    hmmm, tapi menurut saya, tanda bacanya banyak yang kurang tepat... hehe

    ReplyDelete
  11. @ALL
    tengkyu yo dah mau baca

    @Mba -G-
    oke akan segera di pajang.. tengs dah mo baca mba

    @Mba Safira
    Ditunggu aja ya mba...

    @mba nietha
    hohoho kepanjangan ya... ya udah di ganti namanya jadi cerita bersambung...hehe

    @stellacyan
    waduh keren nih ngerti EYD...two thumbs deh...
    maunya sih kea film-film Indonesia yang bagus..kan sekarang dialog mereka kebanyakan datar, dingin gitulah...sengaja juga sih gak pake pemaparan yang jelas...hehe..
    akan diperbaiki..tengkyu

    @RanggaGoBloG
    ya namanya juga baru pertama om, jadi dimaafkan ae (pembelaan diri mode=ON*)..hehehee.. tapi kalo dibilang novel masih jauh dari itu deh ...tengkyu atas kritikannya. semoga dapat diperbaiki...

    @azarre
    sama sekali gak aku alami...
    ya pengen nulis yang agak gimana gitu...

    @mas Joddie
    oke oke... jadi semangat nulis nih..tengkyu ya sob

    @mba Lifi Family
    ya saya juga suka bagian di depan pintu..lebih tepatnya saat mereka bicara

    @patahati
    sudah diganti jadi cerita bersambung...hehehe...

    @mommy laurencia
    oke mom akan dikabari kalo sudah selesai lanjutannya...

    @mas Kabasaran Soultan
    oh ya...tengs atas pujiannya^^...

    @AnChan
    iya andini emang rada salah penempatannya.... pengennya sih kalo beneran di ucapin agak datar gitu...tapi tengs ya atas kritikannya... buat pembelajaran si amatir ini...^^

    ReplyDelete
  12. bahasnya gue suka nih hihi, tapi kalau baru baca segini belom kerasa apa-apa, jadi ditunggu kelanjutan-kelanjutannya ya hehe

    ReplyDelete
  13. iya ni sob ditunggu lanjutann ya!
    semoga lebih seru!

    ReplyDelete
  14. wow.
    bakat terpendam dari sodara ku satu ne!
    mantap man.!
    3 jempol, 1 jempol pnjam pia ne!
    ditunggu lanjutannya brother,!

    ReplyDelete
  15. @ocky
    tengkyu ya osky... btw tipe bahasa yang begaimana nih maksudnya..??
    kan yang ini rada santai yahh seperti orang yang bicara dalam hati gitu

    @belly
    oke-oke sob akan saya panggil kalo sudah mejeng lanjutannya

    @cha
    tengkyu ya ini kedua kalinya kamu mengomentari blogku....
    emang ada bakat aku...hhohohoh
    kan kamu bakatnya menyulam...tengkyu ya cha.. nanti komen lagi

    ReplyDelete
  16. seeepppp!!! awal yang bagus! membuat pembaca penasaran dengan perasaan si 'aku', knapa dia begitu terpikirkan akan orang yg akan ditemuinya. alur yg begitu mengalir, tp ada yang mengganjal aspek real nih, klo menurut sy siih... dari bandara mencari penginapan sejauh 60km??
    biasanya penginapan banyak sekali di sekitar bandara knapa jauh segitu? kalo 6 km lebih masuk akal sihh... hehe...
    trus si Bapak yg menumpang 'aku', sy pikir itu sopir taksi. krn sikapnya yg mengangkatkan koper berat ke bagasinya... trus di alurnya dia menawarkan menginap di rumahnya? why? bukankah di kota metropolitan orang hidup sendiri-sendiri, gak peduli ama orang lain. so siapa bapak ini?kalo dia paman si 'aku', mungkin bolehlah krn memang seharusnya begitu seorang paman kepada keponakan atau kpada keluarganya.
    Trus... waktu si 'aku' di rumah bapak, watak ibu (istri bapak td) kebalikan dari watak 'aku'. seharusnya 'aku' yg sungkan/malu-malu berada di rumah mereka. tapi dcerita malah ibu yg malu-malu/sungkan kepada si 'aku'. bukankah shrusnya si 'aku' yg sunkan?
    hehehe... itu penilaian sy siih... tp dalam karya imajinatif, semua mungkin siih... tidak ada yg salah, ini hanya menurut saya...
    Secara kseluruhan bagus! udah buat pembaca terus mengikuti alurnya krn penasaran apa yg dipikirkan si 'aku' dan ada apa dengan orang yg akan di temuinya di tempat janjian mereka.
    ok, ini hanya pendapat sy.. sy juga belum tentu bisa buat sebagus cerita kamu. ditunggu lanjutannya ya... post juga di grup BELAJAR MENULIS di fb ya... ditunggu lanjutannya!


    SALAM KREATIF!!

    ReplyDelete
  17. ditunggu yaa sambungannya oh ya jgn lupa buka http://natan123.wordpress.com ya, itu isinya beberapa cerpen sama puisi hehehe

    ReplyDelete
  18. @Pak Fahmi...
    oke pak saya akan mencoba lebih teliti dan melakukan sedikit pemaparan...imajinasi saya sepertinya terlalu jauh...hehehe

    @natan
    oke, mungkin blog kamu bisa jadi role model blog aku nih....lagi belajar menulis nih....

    lah emang kemarin" ngapain di blog..*
    hehe

    ReplyDelete
  19. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  20. Ceritanya bagus..:D Pokoke boleh lahh..:D Imajinatif..

    Tapi klo boleh di bilang, untuk si pria paruh bayax agak membingungkan..antara sopir taxi ato kerabat si tokohnya.. Saran q sich, klo bisa si pria paruh baya itu lebih di buat detail seperti paman ato kerabat dekat dari tokoh yang sudah mengenal sang tokoh sebelumnya, biar nantinya g' membuat bingung pembaca.:D

    Selamat Berkreatifitas..:D

    ReplyDelete
  21. ditunggu lanjutanya....!
    iseng2 mampir ya...ke mari...> http://lifesolutin.blogspot.com/

    ReplyDelete

Silahkan Berkomentar.
Mari kita bertukar Link.
Kunjungi http://5setia.blogspot.com/2007/07/temen-kuw.html untuk LINK EXCHANGE