Malam tepat pukul 20.48 WIB sejenak saya merenung, tidak untuk menjadi bijak namun untuk menilik apa yang telah terjadi pada kehidupan saya. Apa yang saya lakukan bukanlah proses intropeksi diri melainkan menapak kembali apa yang telah dikerjakan Tuhan dalam hidup saya hingga akhirnya saya bertanya sendiri bagaimana bila Tuhan memilih untuk diam?.
Saya mungkin terlahir dengan alasan kebobolan, Ibu saya pernah bercerita dahulu hanya menginginkan sepasang anak saja, tapi Tuhan berkehendak lain. Kalau saja Tuhan diam dan tidak medisain diri saya pasti saya tak lahir. Kelahiran saya pun menjadi anugerah dan benilai dimata-Nya, bagimana tidak apa yang terjadi dalam hidup saya sunggu luar biasa.
Saya dimanja oleh Almarhum Ayah saya hingga saya baru bisa membaca dikelas 3 SD ketika Ibu saya yang memegang tampuk status Ayah saya setelah beliau meninggal saat saya kelas 2 SD. Pun kalau Tuhan diam mungkin saya saat ini saya dan keluarga kecil saya menjadi orang yang penuh keputus-asaan tanpa sebuah harapan. Beranjak dikelas 5 SD saya mendapatkan ranking kelas walaupun saya tidak mendapatkan peringkat pertama, setidaknya ranking 5 adalah sebuah hadiah istimewa bagi Ibu saya dari anaknya yang baru bisa membaca dikelas 3 SD dan bisa membedakan "g" dan "ng" dikelas 3 SD akhir.
Walaupun saya tidak memiliki prestasi yang luar biasa saya (tidak bermaksud sombong) dapat digolongkan sebagai anak yang mampu mengikuti pelajaran dengan baik sampai akhirnya saya dipaksa oleh wali kelas 1 SMA untuk masuk ke jurusan IPA saat SMA. Sesungguhnya Ibu saya menginginkan demikian, tapi sebagai orang tua yang berprofesi sebagai guru beliau tentu mengutamakan minat anak sambil mengarahkan, karena sebenarnya saya ingin sekali masuk ke jurusan Bahasa tapi beliau arahkan masuk IPS, apapun itu saya mau asal tidak bertemu dengan pelajaran Fisika. Entah apa yang terjadi, hasil penjelasan Ibu saya yang mengambil Laporan Hasil Belajar atau biasa kita sebut rapot mengatakan bahwa terjadi perdebatan alot namun berakhir dengan masuknya saya di jurusan IPA. Tuhan tidak diam saat itu, saya diberikan kemampuan untuk mengikuti pelajaran dengan cukup baik walau remedial ujian saya ikuti, tapi toh hasil Ujian Nasional saya memuaskan dan mampu mengantarkan saya ke Perguruan Tinggi Negeri.
Kejadian luar biasa juga terjadi pada saat saya mengikuti test ujian masuk nasional PTN, saya yang memilih Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Pertanian lalu memutuskan untuk tidak terbebani untuk masuk ke FKM karena saya pilih sebagai pilihan pertama. Saya mengerjakan apa yang saya suka seingat saya soal Fisika hanya 3 yang saya jawab. Tidak pasrah namun tidak juga terlalu memilih masuk Pertanian ketika saya melihat pengumuman saya berhasil masuk dan menjadi bagian dari 80 orang dari ratusan calon mahasiswa.
Semasa saya berkuliah saya memiliki target diantaranya mengikuti Cooperative Education Program yang diadakan oleh BPH Migas kala itu dengan pihak Universitas Mulawarman, Lulus kuliah tahun 2012 karena saya masuk di tahun 2008 dan mengikuti organisasi untuk berkeliling Indonesia mencari pengalaman. Dan saya mendapatkannya, menjadi bagian dari mahasiswa Coop dengan penempatan di Pertamina EP Bunyu (yang katanya dengan nilai murni saya) padahal saya tak yakin dengan hasil ujian TOEIC saya kata seorang teman (senior Coop) nilai saya kuat di tes psikotes dan saya lulus dari bangku perkuliahan tepat di Tahun 2012, saat berkuliah saya sering berpergian keluar kota untuk mengikuti kegiatan mahasisw, Tuhan luar biasa, dulu saat saya maba saya termasuk diantara para pebangkang dan ditargeti oleh pengurus BEM untuk mendapatkan tatapan sinis tapi ketika saya mencoba masuk BEM eh saya diterima dan mendapatkan kesempatan berkeliling Indonesia. Kemudian setelah lulus saya langsung mendapatkan pekerjaan di Komisi Penanggulangan AIDS Kota Tarakan yang mengantarkan saya untuk dapat berkunjung ke Sulawesi Utara. Tuhan memang gak pernah diam, saat ini saya telah resign dari pekerjaan saya karena alasan akan melanjutkan pendidikan saya di jenjang S2. Harapan dan Doa yang saya sampaikan semenjak saya duduk di semester 7 jenjang Strara 1 lalu. Doa saya tentunya agar mendapatkan beasiswa S2 dan ingin jadi Dosen setelahnya. Ternyata kalau Tuhan itu bertindak emang gak tanggung-tanggun, dua hal yang saya harapkan itu langsung diberikan saat ini, ya saya merupakan 1 diantara ribuan penerima beasiswa calon dosen (BPPDN 2013) dengan melamar di Universitas Diponegoro.
Kalau saya ingat perjalanan saya menuju titik ini sungguh diluar dugaan dan prediksi saya, karena saat saya mengikuti Tes Potensi Akademik di Universitas Diponegoro sebagai Penyelenggara Program Pasca Sarjana saya hilang kosentrasi dan banyak soal yang mematikan langkah saya. Pesimis itulah hasil akhir dari tes yang saya ikuti hingga malamnya saya mencoba berkomunikasi dengan Tuhan, saya minta dan tanpa sadar air mata saya deras mengalir.Tidak sampai disitu proses menunggu pengumuman beasiswa juga menguras emosi, bagaimana tidak saya harus membayar terlebih dahulu registrasi di Universitas sejumlah 13juta, uang darimana itu. Ibu saya bahkan menguras tabungannya. Tuhan tidak diam Dia mendengar doa Ibu saya dan saya bahkan keluarga kecil saya dengan memberi jawaban saya sebagai salah satu penerima besiswa tersebut.
Saya bersyukur hidup didunia ciptaan Tuhan yang tidak pernah tidur dan diam, walau saya tidak mampu manjawab persoalan dengan nalar manusia. Bagaimana jika Tuhan diam, apa jadinya kita?
I all the time used to study paragraph in news papers
ReplyDeletebut now as I am a user of web therefore from now
I am using net for articles, thanks to web.
my web-site ... seo packages
Nice banget Man,.
ReplyDeleteKisah yg menarik hmpir sama tp berbeda,.
Mngajarkan aq utk brsyukur dan lbh brsyukur,.
☺◦☀τhαñkųόů☀◦☺ ϓƏ̤̈̊Ə̤̈̊Ə̤̈̊•̃⌣•̃