Sebuah titik terang muncul di tengah semua kejadian pengklaiman pihak Malaysia terhadap budaya Indonesia. Lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang membawahi masalah kebudayaan, UNESCO, telah menyetujui batik sebagai warisan budaya tak benda yang dihasilkan oleh Indonesia. Selain itu, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mengatakan sejak 2003 kebudayaan Indonesia telah diakui oleh UNESCO dengan diraihnya sertifikat wayang sebagai warisan budaya tak benda dan keris sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia. Pemerintah terlihat lebih agresif kini dengan menominasikan angklung sebagai warisan budaya dari Indonesia. (ANTARA News~)
Berita ini memberikan rongga waktu beberapa menit bagi masyarakat Indonesia yang sedang tegang untuk merasa lega dan menang. Namun tidak demikian yang di harapkan Ibu Pertiwi, ketika warisan budayanya di klaim terus menerus oleh pihak luar secara tidak langsung Ibu Pertiwi menuntut jati diri anak-anak bangsanya yang sesungguhnya. Gugatan yang pertama di list tuntutan Ibu Pertiwi adalah pertanyaan siapa bangsa ini sebenarnya. Apakah bangsa yang besar tanpa jati diri karena telah teracuni budaya luar yang begitu menglobal dan mudah dijejaki setiap tapak langkahnya. Tidak terasa munafik jika kita menyebut bangsa ini adalah bangsa yang luas dan besar tanpa tangan yang panjang, dada yang lapang, dan tumit yang kokoh untuk merangkul setiap jengkal kebudayaan yang dimiliki. Setiap orang lebih mampu untuk merangkul kebudayaan luar yang sangat kecil dan sedikit.
Kini dengan langkah maju Pemerintah Indonesia untuk mempertahankan dan kembali menarik setiap budaya dari genggaman bangsa lain, maka masyarakat kembali dituntut untuk terus melestarikan dan kembali membentuk jati diri bangsa besar yang sesungguhnya. Bukan jati diri tiruan dari bangsa asing yang jelas-jelas berbeda ras dengan Ibu Pertiwi kita, tetapi kita adalah bangsa yang besar yang penuh dengan keragaman budaya, adat, ekonomi-sosial, dan keragaman hayati serta ribuan pulau yang membentang luas sampai di titik tak terlihat garis pantai. Dan kini bangsa yang besar ini membutuhkan rangkulan yang lebih erat lagi dari anak-anaknya yang hidup dan mencari makan dari lumpurnya, debunya, airnya, udaranya, daun keringnya, anginnya, awannya, hutannya dan semua dari alamnya, dan itu akan terjadi jika setiap elemen bersatu dan bersama-sama bergandengan tangan untuk memeluk dan menjaga warisan Ibu Pertiwi.
Ibu Pertiwi kini berharap tidak ada lagi bangsa yang mampu melukai lapisan epidermis para pejuang devisa, berharap tidak ada lagi celah untuk mengakui setiap warisannya, dan menginginkan anak-anaknya meruncingkan belati dan siap memanaskan ujung senapannya untuk membela tanah air dengan tumpahan darah sekali pun. Karena semua perbedaan yang dimiliki anak-anak bangsa adalah rantai dengan ikatan persamaan visi pembangunan dan perdamaian bangsa paling kuat yang akan sulit untuk dipisahakan seperti jemari burung Rajawali yang akan terus mengcengkram kebhinekaan Indonesia sampai pada titik ketika udara tidak lagi dapat dihirup, dan air tidak lagi mengalir.
Berita ini memberikan rongga waktu beberapa menit bagi masyarakat Indonesia yang sedang tegang untuk merasa lega dan menang. Namun tidak demikian yang di harapkan Ibu Pertiwi, ketika warisan budayanya di klaim terus menerus oleh pihak luar secara tidak langsung Ibu Pertiwi menuntut jati diri anak-anak bangsanya yang sesungguhnya. Gugatan yang pertama di list tuntutan Ibu Pertiwi adalah pertanyaan siapa bangsa ini sebenarnya. Apakah bangsa yang besar tanpa jati diri karena telah teracuni budaya luar yang begitu menglobal dan mudah dijejaki setiap tapak langkahnya. Tidak terasa munafik jika kita menyebut bangsa ini adalah bangsa yang luas dan besar tanpa tangan yang panjang, dada yang lapang, dan tumit yang kokoh untuk merangkul setiap jengkal kebudayaan yang dimiliki. Setiap orang lebih mampu untuk merangkul kebudayaan luar yang sangat kecil dan sedikit.
Kini dengan langkah maju Pemerintah Indonesia untuk mempertahankan dan kembali menarik setiap budaya dari genggaman bangsa lain, maka masyarakat kembali dituntut untuk terus melestarikan dan kembali membentuk jati diri bangsa besar yang sesungguhnya. Bukan jati diri tiruan dari bangsa asing yang jelas-jelas berbeda ras dengan Ibu Pertiwi kita, tetapi kita adalah bangsa yang besar yang penuh dengan keragaman budaya, adat, ekonomi-sosial, dan keragaman hayati serta ribuan pulau yang membentang luas sampai di titik tak terlihat garis pantai. Dan kini bangsa yang besar ini membutuhkan rangkulan yang lebih erat lagi dari anak-anaknya yang hidup dan mencari makan dari lumpurnya, debunya, airnya, udaranya, daun keringnya, anginnya, awannya, hutannya dan semua dari alamnya, dan itu akan terjadi jika setiap elemen bersatu dan bersama-sama bergandengan tangan untuk memeluk dan menjaga warisan Ibu Pertiwi.
Ibu Pertiwi kini berharap tidak ada lagi bangsa yang mampu melukai lapisan epidermis para pejuang devisa, berharap tidak ada lagi celah untuk mengakui setiap warisannya, dan menginginkan anak-anaknya meruncingkan belati dan siap memanaskan ujung senapannya untuk membela tanah air dengan tumpahan darah sekali pun. Karena semua perbedaan yang dimiliki anak-anak bangsa adalah rantai dengan ikatan persamaan visi pembangunan dan perdamaian bangsa paling kuat yang akan sulit untuk dipisahakan seperti jemari burung Rajawali yang akan terus mengcengkram kebhinekaan Indonesia sampai pada titik ketika udara tidak lagi dapat dihirup, dan air tidak lagi mengalir.
wow..
ReplyDeletesemangat nasionalisme mank rus ditingkatkn.!
Yupp.. aku juga barusan denger info tersebut, semoga saja langkah pemerintah ini dapat menangkal klaim pihak asing terhadap budaya milik Indonesia.. tapi hal ini pun harus memerlukan banyak follow up dari pemerintah sendiri.. harus ada tindak lanjutnya!
ReplyDeleteiya nih suka kecolongan sama negara maling.hehhehe. hidupkan nasionalisme!
ReplyDelete"KAMI TIDAK TAKUT"
tinjau juga http://www.thebungzhu.co.cc/2009/08/airmata-ibu-pertiwi-kegelisahan-seorang.html
ReplyDeleteGARUDA DI DADAKU
ReplyDelete:') berharap Indonesia lebih baik, SEMANGAT!!
ReplyDeletepupuk rasa kepedulian terhadap indonesia dari sekarang, supaya .......!
ReplyDeleteseperti kepedulian anda kepada blog andat dengan blogwalking.
makna-nya .........
nice blog
mungkinkah kita masih belum memiliki rasa bangga akan kekayaan yang dimiliki ibu pertiwi...sehingga kita baru sadar kalo ibu pertiwi itu kaya ketika satu-per satu hartanya dicolong....
ReplyDeletecintailah ploduk-ploduk dalam negli...
ReplyDeletekadang2 sedih ya.. setelah ada masalah begini baru dech... pada ribut mau paten ini paten itu..knapa gak dari dulu??
ReplyDeleteayo smangat kebangsaan kita gelorakan..
ReplyDeletepelajaran negatifnya..kita baru mengakui mengklaim kebudayaan kita sebagai budaya bangsa setelah diklaim orang lain
ReplyDeletepelajaran positifnya....semakin tumbuh kesadaran khususnya pada diri masyarakat kebanyakan untuk lebih mengetahui, memperdalam dan mengenal budayannya sendiri
semoga hal ini bukan sekedar menjadi kehebohan insidental tapi menjadi sesuatu yang langgeng dimana bangsa indonesia benar benar cinta pada budayanya
Berkibarlah Indonesia Raya
ReplyDeleteapapun itu kita sebagai orang indonesia harus tetap mempertahankan jgn sampai diambil lagi oleh negara lain
ReplyDelete