HAI PIN......SELAMAT DATANG.... mungkin itu yang dikatakan Benua Etam ini jika ia dapat berbicara padaku saat pertama kali saya menginjakkan kaki di kota Samarinda.
Sebelumnya saat saya masih berada di Bumi Paguntaka, kotaku kota Tarakan,, Pulau kecil di utara Kalimantan Timur saya benar-benar berharap agar dapat melanjutkan studi saya di Benua Etam,, Kota yang terkenal dengan sungainya yang begitu besar...Mahakam,,,
Setelah meninggalkan pulau kecil yang memiliki semboyan BAIS (Bersih, Aman, Indah, dan Sejaterah) itu, perasaan gembira terasa didadaku,, I'M COMING SAMARINDA,, mungkin itu yang ingin saya teriakkan seperti para artis yang biasanya menjadi orang kampung (*eit g berarti saya orang kampung ya) yang pergi ke kota yang biasa berteriak,, I'M COMING JAKARTA, I'M COMING NY, I'M COMING LA, atau I'M COMING VEGAS,,,..mana katanya tu kota barangnya banyak yang murah contohnya aja kebutuhan primer kita,, yup makanan.
namun ada pertanyaan yang ada dibenak saya dalam perjalanan menuju kota Samarinda. Mengapa pesawat tidak masuk di kota Samarinda,, Mengapa harus di Balikpapan dan mencari kendaraan lagi untuk mengantar ke kota Samarinda. berarti uang keluar dobel dong.....,, yah tapi itu saya kubur dan lupakan demi perjalanan harapan saya...
mungkin sekitar 2 jam atau lebih saya ga hapal sih saya baru sampai di jembatan sungai Mahakam,, kesal juga,, karena jalan nya yang berliku-liku dan begitu lama,,, tapi kembali saya kubur karena melihat sungai Mahakam yang terkenal seantero Negeri itu....tapi rada sedih sih,, soalnya sungai itu kini dipakai untuk kapal-kapal pengangkut "uang", mana ada rumah-rumah yang kumuh,,, jadi airnya kotor banget,, saya berharap sih ikan pesut yang menjadi andalan kota ini ga punah,, percuma dong di jadikan maskot PON kalau dia punah mah sama aja omong kosong, dan Pemerintah Samarinda GOBLOK...demi uang ikan yang mau punah itu dibiarkan menjadi punah...
kembali keperjalanan,, saya tambah ga habis pikir kenapa kota Samarinda dijadikan ibukota,, padahal kota ini jorok, kotor, kumuh, dan bau,, apasih tugas pemerintah?, soalnya selama saya menuju asrama putra Tarakan tempat dimana saya tinggal sekarang kota ini benar-benar menyuguhkan pemandangan yang m,enyedihkan, bukan pemandangan yang pantas bagi Indonesia disaat menjalankan VISIT INDONESIAnya,,,
Oke saya terima,, mungkin sudah berminggu" saya lalui hidup ini dengan berteman dengan debu, dan kesemrawutan. Tadi sebelum saya ngepost saya bersama saudara saya pergi melihat pengumuman di KEMARITIMAN, saudara saya mengajak saya padahal dia yang mendaftar disana,,, perginya biasa saja yah walau saya serasa bermandikan debu...tapi pulangnya lebih parah,, debunya buanyak banget sampai jalanan seperti dipenuhi debu bukan kendaraan,, jengkel bukan kepalang saya,, kembali muncul dibenak saya apa sih tugas pemerintah Samarinda ,,emang sih tu jalan bukan jalan protokol,, tapi g segitunya kali debunya,,,, gila yang paling parah warga disana truk gede lewat mereka tenang-tenang aja,, padahal debuanya NAUJUBILE kata saya,,,kalu saya dan saudara saya sudah tutup" muka dengan segala macam barang,, tapi mereka santai aja,, waduh,, ga takut sakit??
padahal nih ya di Tarakan sono biar bukan jalan protokol tapi di kanan kiri jalan ga ada debunya,,, pertanyaan saya kembali ada dibenak saya,, apasih tugas pemerintah,, mana petugas kebersihan yang harusnya membersihkan pinggir" jalan dari samapah dan debu,, emang ga ada ya anggarannya,, kan bukan cuma untuk para pengendara tapi, tentunya kesehatan warga lebih terjamin.. petugas yang biasanya menyapu jalan sama sekali tidak pernah terlihat di kota ini, berbeda sekali dengan Tarakan,,..
dan kalu kita jalan dijalan bedebu tadi pada saat hujan atau sehabisnya,, niscahya anda akan mendapatkan motor atau kendaraa dengan warna baru,, yup coklat..... warna itu menempel tanpa kita minta. itulah yang terlihat selam ini di kendaraan di kota Samarinda,, banyak sih yang MENCINING tapi banyak juga yang NAUJUBILE.
Tidak hanya stop di debu,, saat pulang saya merasakan udara yang tak bersahabat,, mungkin MATAHARI SEDANG BERADEGAN PANAS sehingga panas itu sampai di Benua Etam dengan cepatnya dan tanpa kompromi,,,gila panas banget saya terus mengeluarkan keringat sudah 3 baju saya habiskan karena keru\ingat yang tak kunjung usai... satu-satunya jalan adalah mandi,, saolnya dulu nyokap pernah bilang kalau gerah mandi bisa menjadi jalan keluarnya, emang sih jadi adem tapi cuma pas kena byur ma air,, tapi setelah pake baju gila keringat kembali keluar,, untung ada kipas saya stel dengan kecepatan tinggi,, ya akhirnya berhasil juga,,,,
saya heran kenapa kota ini bisa sepanas ini,, atau mungkin ini karena kurangnya pepohonan di sekitar asrama saya ya,,, g cuma di sekitar asrama saya sih yang kurang pepohonan, tetapi hampir di setiap jalan kota,, Pemerintah sih emang ga perbah ngerasa panas,, ya iyalah masa ya iya dong,, mulan aja jamiLAH ga jamiDONG,, abisnya mereka menghabiskan waktunya ditempat adem, di ruang kantor ber-ac, mobil ber-ac saat pulang, dan tinggal di rumah ber-ac,, maka itu mereka ga peduli dengan panasnya kota yang semakin gile,,,,,
gimana Indonesia bisa berubah,,, yang di sosialisasikan CUMA TAAT PAJAK padahal kita ga pernah tau PAJAK YANG KITA BAYARKAN MENGALIR KEMANA,,??? kalau benar digunakan untuk subsidi bla...bla..bla yang banyak itu yang biasa DIOMONGKAN tapi belum ada BUKTI, saya setuju aja,, dan mungkin saya akan ikut mensosialisasikannya,, tapi kalau lari ke gaji pemerintah dan bla...bla...bla..nya itu gawat namanya,,,, nambah laptob,, nambah mobil,, renovasi rumah,, sementara rakya rumahnya aja dari dibangun sampai mau ambruk ga pernah di bantuin renovasi sama pemerintah.
kembali ke gimana Indonesia bisa berubah..... coba GO GREEN juga benar-benar menjadi salah satu prioritas pemerintah,, pasti suasana menjadi lebih nyaman,, dan itu pasti memberikan hasil yang ga perlu dipertanyakan lagi.... karena kita bisa rasakan sendiri...... dengan Indonesia menjadi negara green kan bisa membuat mata dunia menjadi mata salut,, karena kita bisa tidak hanya dimulut, dispanduk, diartikel, dibanner, disosialisasi, ditv, dan di berbagai media
berarti RAKYAT GA AKAN PERNAH BERUBAH JIKA PEMERINTAHAN YANG MEMIMPINNYA TIDAK BERUBAH. sudah menjadi tugas seorang PEMIMPIN MEMIMPIN ANAKNYA MENUJU PERUBAHAN. rakyat MUNGKIN BERUBAH TAPI SIA-SIA JIKA TIDAK ADA SOKONGAN DARI PEMIMPINNYA