Friday, September 12, 2008

Labirin Beton

Kepastian esok memaksa kedua kakak - beradik itu memutar jeruji - jeruji sepda modern itu. Membelah hitamnya jalanan yang masih basah kedua kakak - beradik itu pergi tanpa arah yang jelas namun memiliki tujuan dan harapan demi hari esok. Berjalan tanpa ditemani cahaya lampu jalan mereka terus optimis.
"Kemana kita akan pergi?" pertanyaan itu terlontar dari bibir sang adik yang tidak lebih dari setahun bercengkrama dengan kota yang sedang dia petualangi.
"Kesana disana pasti kita akan menemukannya!" sang kakak menghiburnya karena dia tahu sang adik sudah mulai gelisah.
***
Kedua jarum jam yang sedang asik bercanda di kokohnya jam gadang itu membuat sang adik lebih mendalami perasaan. Detik demi detik mereka lewati dengan percuma, mereka hanya berjalan tanpa pernah berhenti di tempat yang dapat menjawab pertanyaan esok.
"Sepertinya kita akan sampai" empat kata tersebut keluar dengan seketika dari mulut sang kakak yang memegang kemudi pada saat itu.
Hati sang adik yang didera ketakutan kini mulai membaik. Namun selang beberapa menit perasaan itu berubah menjadi sebuah kekecewaan. Bagaimana tidak, tempat yang menjadi penentu hari esok kini telah penuh oleh orang - orang lain yang mungkin ingin menjawab hari esok mereka. Antrian panjang kepala manusia itu bagaikan antrian ribuan semut yang mencari makan. Tidak ada cara lain selain mencari jalan keluar lainnya mungkin itu yang dipikirkan pemegang kemudi saat itu. Mereka memutar arah dan melawan arah yang semestinya. Entah bagaimana seseorang yang sudah lama menginjakkan kaki disana sempat melupakan jalan keluar dari labirin dinding - dinding beton itu.
***
Sesak yang terasa didada saat itu, saat itu bagaikan ada sebuah pengumuman yang dibacakan seorang pengawal kerajaan, seluruh jalan sepanjang mata memandang penuh sesak dengan orang - orang yang berlalu - lalang. Sesak dan gelisah kembali merusak semua perasaan yang tadinya biasa - biasa saja. Bintang - bintang tidak menemani langkah mereka malah bintang - bintang itu seperti mentertawakan mereka yang sedang bingung arah pulang. Hanya sang bulan yang menemani mereka saat gelapnya malam menjadi mimpi buruk bagi mereka.
***
Jarum jam kembali menjadi perhatian pertama sang adik setelah sekian lama mereka terkepung tembok perkotaan. Mendesak itulah makna yang pertama kali dapat dibaca oleh sang adik.
"Waktu kita hampir habis" ucap sang adik yang dibarengi dengan sebuah desakkan.
"Iya aku tahu, tapi kita tidak bisa keluar saat ini".
Tembok - tembok itu tidak bersahabat kala itu, mereka masih menganggap dua kakak - beradik yang telah lama memutari tempat itu sebagai orang asing. Pintu jalan keluar masih saja tertutup untuk mereka. Mungkin ini adalah ospek ringan atau sebuah salam selamat datang, perkenalan, dan perpisahan. Setelah lama berjuang menyelamatkan diri dari tekanan waktu kedua orang sama darah itu diijinkan pulang oleh penguasa labirin. Mereka lantas tidak langsung pulang namun masih meneruskan pencarian tempat yang nantinya sebagai tempat mencari jawaban kejadian esok.
***
Dinginnya malam menusuk sampai ke sumsum tulang mereka yang palaing terdalam. Gelapnya malam dan lembabnya udara tidak menyurutkan langak mereka. Obor - obor elektronik itupun masih tetap malu memancarkan cahayanya. Bintang - bintang yang tadi menertawakan mereka kini mulai ikut membantu mereka. Mungkin para bintang tergugah oleh keoptimisan dari kedua orang yang memiliki orang tua yang sama. Mereka menunjukkan arah tempat alternatif dimana mereka akan menemukan jawaban itu. Perjalanan terasa semakin berat dikala waktu semakin sempit dan udara malam yang seperti sebuah silet tajam yang menyayat kulit mereka. Mereka membiarkan sel - sel tubuh mereka melawan dinginnya malam setelah kulit mereka yang seharusnya menjadi defends awal menyerah kalah.
***
Sempat tak percaya oleh arah bintang membuat mereka berpikir tempat lain. Namun waktu membujuk mereka, waktu berkata kalau sudah tidak sempat lagi untuk mereka memikirkan tempat lain. Dan akhirnya dengan sedikit keterpaksaan, sedikit kepasrahan dan dengan sedikit kepercayaan mereka pergi ketempat yang ditunjukkan oleh sang bintang. Ternyata sang bintang tidak berbohong, mereka menemukan jawaban itu. Esok pun bukan lagi menjadi teka - teki bagi mereka untuk beberapa hal. Sang adik telah menadapatkan harapannya. Mereka kembali keperaduannya dan menyimpan jawaban itu untuk dikeluarkan esok hari.




nb : cerita nyata yang memang sedikit dibesar - besarkan.

3 comments:

  1. pertamaxxx... ha ha...
    ntar aja commentnya ya....

    ReplyDelete
  2. mau dong dikenalkan pada bintang-bintang itu. mo nanya juga ttg jawaban kejadian esok bwt ku..
    becanda ding, mo tanya ma Tuhan aja ah..

    ReplyDelete

Silahkan Berkomentar.
Mari kita bertukar Link.
Kunjungi http://5setia.blogspot.com/2007/07/temen-kuw.html untuk LINK EXCHANGE